Love Story : The Legend of The Love, The White
Flower, The Hope, and The Blue Feather.
·
Note : This Story inspiration From All
Game of Harvest Moon.
Cerita ini dimulai ketika malam di musim dingin yang terasa terlalu menusuk pada persendian di seluruh tubuh. Jack yang selama
musim dingin tidak menggarap lahan pertaniannya, melewati hari demi harinya
hanya dengan memancing, menambang, atau berbicara pada penduduk desa Mineral.
Malam ini, adalah malam penghujung musim dingin,
Jack, dan Barner anjingnya baru saja selesai memancing di laut bersama Greg seorang
pria tua sang penangkap ikan. Setelah seharian berkutit di dermaga, seluruh
tubuhnya kini terasa sangat lelah, dan ingin segera beristirahat. Begitu pula
Barner yang berjalan di sisinya.
“Jack…!” Baru
saja melangkah melewati anak-anak tangga yang menghubungkan pantai mineral
dengan lapangan mawar, tiba-tiba saja terdengar suara seorang gadis memanggil
namanya. Suara yang dikenal oleh Jack.
“Ann…!, ada apa ?” Jack, dan Barner segera bergegas
kearah asal suara yang ternyata adalah Ann, anak gadis dari Dough sang pemilik
penginapan di desa ini.
“ Jack…, Cliff…Cliff “
“ Iya, ada apa dengan Cliff ? “ Jack berusaha
menenangkan Ann yang terlihat cemas.
“Cliff…itu Cliff di sana…Cliff, Jack, Tolong Cliff “
Ann yang sehari-hari terlihat sangat enerjik mengalahkan seluruh pemuda di desa, kini
terlihat sisi wanitanya yang cemas. Bergegas Jack segera menuju arah tumpukan
Salju yang di tunjuk Ann.
Sesosok tubuh ternyata telah tertimbun oleh salju
yang telah turun sepanjang minggu ini, Untungnya Salju yang menutup wajah, dan
tubuhnya terlihat telah di singkirkan.
“Ah…Cliff kenapa bisa sampai seperti ini ? “ Jack terlihat terkejut saat melihat Cliff seorang pemuda perantawan yang sedang bingung mencari pekerjaan tidak sadarkan diri tertimbun tumpukan salju.
“ Aku juga tidak tahu Jack, Cliff sudah lima hari
tidak pulang-pulang kepenginapan, aku khawatir. Dan malam tadi saat melewati
lapangan mawar, terdengar seseorang bernyanyi, saat ku ikuti ternyata berasal
dari tumpukan salju di lapangan, dan ternyata itu adalah Cliff…Aku dari tadi
telah mengajaknya bicara agar tidak tertidur ketika terus menggali salju,
sayangnya ia tertidur juga, aku takut, dan berlari mencari bantuan, namun
semuanya telah tertidur. Saat aku kembali ke lapangan, ku lihat kau Jack,
berjalan kemari. Tolonglah Cliff.” Ann terlihat begitu cemas, ia terus menangis
ketika Jack menggali tumpukan salju yang menutupi tubuh Cliff.
“ Barner… Cepat ke klinik…, panggil Dokter, atau
Eilli. Bawa mereka kerumah Jeck di pantai. Ann, mungkin Gerg belum kembali
kerumah, cobalah minta bantuannya “ Jack terlihat menarik tubuh Cliff dari
balik tumpukan salju yang telah menggunung, tubuhnya terasa sangat dingin. Ia
masih bernapas, namun sedikit lemah. “ Bertahanlah Cliff.”
“Guk…Guk…” Barner muncul bersama Eilli.
“ Bagaimana keadaannya Jack ?” Sergah Eilli saat
menghampiri tubuh Cliff yang tidak sadarkan diri. “ Ah… bagus, Jack, ayo segera
bawa Cliff ketempat Jeck, Dokter akan tiba sebentar lagi “
Beberapa saat kemudian, Dokter akhirnya tiba.
Bersama Eilli mereka mulai berusaha menyembuhkan Cliff yang selalu mengigau
sepanjang malam. Ann terlihat sangat cemas di sisinya. Sedangkan Greg terus menjaga
nyala api. Jeck sang tengkulak sedang mencari bantuan beberapa penduduk desa,
sebab malam ini badai terasa begitu kencang. Tidak lama setelah itu, ia kembali
bersama beberapa penduduk desa. Atas saran walikota, beberapa muda-mudi desa di
minta untuk tetap di kediaman Jeck menjaga sampai Cliff sadar, dan badai reda.
“ Hahhh… Dasar Cliff menghawatirkan saja…” Grey
membersihkan topinya yang di penuhi oleh salju-salju putih. “ Kira-kira apa
sebabnya ia keluar selama itu, sampai tiba-tiba mengalami hal separah ini ?”
Tanya Grey sembari bergabung ketengah api unggun, di depan kediaman Jeck, di
bibir pantai mineral.
“ Apapun alasannya, ia sangat mencemaskan…”Ann yang
berada di sisi Karen terlihat masih menangis, untung saja ada Karen di sisinya.
Karen walau terkenal suka berkeliaran, dan minum wine, namun ia memiliki
wawasan, dan kedewasaan sehingga dapat menjadi teman yang baik ketika kita
ingin bercerita.
“ Dia pasti punya alasan kuat Ann, jadi kita harus
mengerti dirinya.” Ujar Karen.” Benar begitu kan Rich”.
“ Ah…iya…iya benar yang dikatakan Karen Ann.” Rich
terlihat kikuk.
“ Tapi aku masih ingin tahu, apa yang dilakukan
Cliff di tengah minggu-minggu berbadai ini ?” Popuri yang berada di sisi
kakaknya kembali menyimpan pertanyaan.
“Mungkin karena ini…” Jack yang sedari tadi
membereskan ikan-ikan hasil tangkapannya untuk di panggang di atas api unggun,
terlihat memberikan selembar foto usang. “ Ini adalah gambar keluarga Cliff,
tapi lihat tulisan di balik gambar ini. Aku menemukannya di genggaman Cliff. Oh
iya, ini untuk mu Ann, Cliff sempat sadar dan memintaku menyerahkan bunga ini
kepada mu. “ Jack menyerahkan Setangkai bunga putih indah, yang terlihat cantik
kepada Ann.
“ Hufff…Akhirnya “ Eilli Muncul dari balik pondok.
“ Bagaiman keadaan Cliff…?” Tanya para muda-mudi
yang mengitari api unggun.
“ Tenang saja, Cliff saat ini sedang tertidur, panas
tubuhnya sudah kembali normal.” Sambung Eilli yang ikut bergabung ke sisi Jack
di sekitar api unggun. Saat itu juga muncul Greg.
“ Ah… bunga itu !, dari mana kau mendapatkannya Ann
?” Gerg terlihat takjub memandang bunga putih indah yang di pegang oleh Ann.
“ Jack yang memberikannya, tapi bunga ini dari
Cliff, memang kenapa Pak Gerg ?”
“ Itu adalah Bunga salju putih, yang hanya muncul
saat musim dingin di puncak gunung tertinggi, dan akan terlihat ketika badai
sedang muncul berminggu-minggu. “ jawab Gerg.
“Mungkinkah ini alasan Cliff pergi selama
berhari-hari ? “ Ann terlihat semakin cemas memandang bunga putih tersebut.
“ Apa kalian ingin mendengarkan kisah dari bunga
putih ini, sebab bunga ini memiliki hubungan erat dengan kisah bulu burung
biru.”
Saat itu seluruh muda-mudi desa mineral terlihat
semakin ingin tahu saja, sebab di desa mineral bukan cincin, permata, atau
kalung sebagai pengikat janji suci pernikahan. Melainkan sehelai bulu burung
berwarna biru yang sangat indah, dan langka sebagai pengikat janji suci.
“ Hahahahaha… bagaimana Jack, ikannya sudah matang,
bila sudah matang akan segera kuceritakan kisah ini “.
“ Sepertinya belum, jadi ceritalah lebih dulu,
sembari menunggu ikan-ikan ini matang. “ Gerutu Jack yang sedari tadi berusaha
menahan perih di matanya akibat memasak ikan-ikan panggang tersebut. Tapi
untung saja ada Eilli yang senantiasa memperhatikan Jack di sisinya.
“Hah… iya-iya.”
Gerg mulai bersilah dengang gayanya yang bak seorang
bijak hendak berceramah. Di sekelilingnya terlihat Popuri yang tertawa kecil,
Rich yang memandang penuh tanya, Karen yang masih memeluk Ann, Ann yang sedikit
lebih baik terlihat memegang bunga putih pemberian Cliff sembari menyandarkan
dirinya pada Karen yang dewasa, Grey masih sibuk membenahkan topinya ketika
Mary datang dari balik pondok jeck dengan membawa nampan berisi cemilan, dan
gelas-gelas, serta sebuah teko, Eilli yang membantu Jack memasak ikan, dan Jack
sendiri yang sesekali menutup sebelah matanya yang perih terkena asap api
unggun. Sesaat sebelum cerita di mulai Polisi, dan Dokter juga ikut bergabung.
“ Ketika hari demi hari sebuah perjalanan hidup
terlewati, dan memasuki setiap babaknya. Terdapat satu babak dalam kehidupan
seorang manusia, Satu babak yang memberikan kontribusi besar bagi kehidupan
manusia, tentang kompleksitas, dan kemegahan dari kehidupan itu sendiri.
Saat itulah, ada seorang pemuda yang sedang berjalan
dalam fase kehidupan tersebut. Dialah yang sering di panggil dengan sebutan
Jack si pengembala miskin. Walau miskin
Jack yang pemalu teramat sangat mencintai Eilli sangputri kepala desa.
Sebab terlalu malu, dan tidak percaya diri atas
dirinya sendiri untuk menyatakan perasaanya kepada sang gadis. Jack akhirnya
hanya dapat memberikan setangkai bunga putih indah yang ia tinggalkan di depan
pintu rumah kepala desa setiap hari di saat awal fajar menjelang. Dan kemudian
saat senja mulai datang Jack akan kembali melewati rumah tersebut bersama domba-dombanya,
untuk melihat apakah bunga putih itu telah diterima atau belum.
Bunga putih itu merupakan bunga langka, dan sangat
indah yang hanya dapat di temukan pada puncak tertinggi gunung yang tertutupi
oleh salju, dan senantiasa tertiup badai. Namun bagi Jack hal itu bukanlah
suatu halangan, setiap malam setelah mengandangkan ternak ia akan mendaki untuk
mencari bunga putih tersebut di balik salju pada puncak gunung, dan tidak akan
kembali sebelum mendapatkannya. Hal yang sangat sulit untuk di pahami bagi
mereka yang tidak mengerti cinta. Tapi bagi jack, hal itu merupakan sebuah
emosi yang indah, bagai senandung lembut yang menghiasi debar jantungnya.
Setiap hari, hatinya bagai terbang menembus langit,
dengan perasaan yang memuncak setiap kali melihat bunga putih tersebut tidak
lagi tergeletak di depan pintu. Jack membayangkan sang tercinta akan mengerti,
bahwa kecantikannya sendiri adalah cerminan dalam bentuk keindahan dari bunga
putih tersebut.
Hari demi hari berlalu seperti itu terus, dan terus.
Sampai suatu hari, sebuah delegasi orang-orang asing datang kedesa. Mereka
membawa emas kawin dari putra seorang Bangsawan yang tinggal di desa tetangga.
Beberapa ekor keledai yang sarat akan emas berlian, kotak-kotak yang penuh akan
permata, dan sekeranjang penuh biji-bijian, sayur, dan buah-buahan. Di sertai
dengan usulan pernikahan.
Jack hanyalah pemuda miskin sebatangkara, Hatinya
tenggelam ketika melihat prosesi mencolok, yang di iringi oleh decak kagum,
serta teriakan mengagumi dari warga desa. Sedangkan semua itu tidak dapat ia
bandingkan dengan apa yang bisa ia tawarkan. Hanya sebuah kesederhanaan bunga
putih lambang tekat cintanya.
Bahkan, delegasi yang memasuki rumah kepala desa,
dengan menggunakan sepatu bot mereka yang berdecak-decak berat telah menginjak
penawaran jack kedalam debu hingga tidak berbentuk bunga putih indah lagi.
Jack tidak pernah membayangkan, akankah sang gadis
akan lebih menyukai dirinya, dari pada anak seorang bangsawan kaya tersebut.
Jack hanyalah seorang penggembala miskin, yang ia
miliki hanyalah beberapa ekor domba, dua ekor ayam yang tidak pernah
menghasilkan satu butir telur emas pun bagi dirinya, dan sebuah lahan pertanian
yang sangat sukar digarap.
Dalam keputus asaanya malam itu, ia pergi menuju air
terjun dewi musim semi. Itu adalah tempat favoritnya, tempat indah yang di
tumbuhi bunga-bunga liar, dan hewan-hewan hutan yang juga senang berkunjung
kesana. Ketika hal paling buruk menimpa kehidupannya, Jack biasa datang kesana
untuk menenangkan pikiran.
Menurut Legenda, Dewi Panen tinggal disana, ia
adalah dewi yang akan membantu seseorang yang kesusahan, dan memberikan bantuan
dengan kemampuan rahasia yang layak bagi mereka yang membutuhkan bantuannya.
Jack membayangkan bahwa dewi itu benar-benar ada,
sosok yang penuh belas kasih, dan memiliki paras yang cantik. Saat itu tanpa
sadar ia telah mencelupkan sebutir telur yang ia bawa dari peternakan kedalam
air terjun tersebut.
Tanpa sadar Jack menuangkan kisah pilu pada hatinya
di penghujung senja. Berbicara tentang mimpi, dan harapan, tentang kekecewaan,
dan perjuangannya. Jack yang biasanya pemalu, dan selalu menutup diri kini
ditemukan dapat berbicara dengan bebas di hadapan air terjun musim semi. Jack
percaya saat ini ia sedang berbicara dengan dewi panen, walau sosok sang dewi
tidak terlihat, namun Jack dapat merasakan keberadaanya di perairan kemilau air
terjun musim semi.
Malam itu ketika akhirnya Jack termenung, setelah
beberapa saat lalu selesai bercerita. Ia terkejut ketika seekor burung biru
indah terbang di langit. Burung tersebut mengitari langit di kepala jack
sebanyak tiga kali, sebelum akhirnya sehelai bulunya jatuh kepangkuan Jack.
Bulu itu panjang, batangnya putih bagai terbuat dari
berlian, bulu-bulunya berwarna-warni, Jack tidak pernah melihat apapun sebegitu
indahnya selama ini.
Jack sangat terkejut, Tapi bahkan lebih tercengang ketika burung tersebut benar-benar berbicara kepadanya dengan senandung yang
indah.
“ Akulah burung Namimoto. Yang membuat sarangnya di
pangkuan kasih sayang sang dewi.” Burung itu bernyanyi. “ Ia meminta saya untuk
memberikan anda sebuah emas kawin yang dapat mengambil hati seorang gadis. Maka
berikanlah bulu biru itu kepada gadis yang anda tawar hatinya, dan jika hatinya
dan hati anda saling berbicara akan cinta yang sama, maka ia akan berdebar,
sama seperti debar yang anda rasakan saat ini. Bila hatinya benar milik anda,
maka harta apapun tidak akan menghalangi cintanya untuk datang kepada anda.”
Jack membungkuk rendah kepada burung suci tersebut,
dan berterima kasih kepadanya untuk hadiah langka yang telah ia berikan. Jack
kemudian kembali kedesa dengan bulu biru di tangannya, dan meletakkannya di
atas ambang pintu sang tercinta sebelum fajar menyingsing.
Bagaimanapun saat ini Jack sama sekali tidak bisa
tidur, pikirannya masih terarah pada bulu biru yang ia tinggalkan, dan ingin
rasanya cepat kembali ketika matahari telah tinggi, untuk melihat apakah benda
tersebut masih tetap berada di mana ia meninggalkannya.
Siang itu banyak suka cita ia rasakan, Bulu itu
telah di terima!.
Saat ia berdiri dari kejauhan memandang kearah
tempat bulu itu sebelumnya ia letakkan, pintu rumah kepada desa terbuka. Kepala
desa, Eilli sang putri kepala desa, dan delegasi asing keluar dari rumah, saat
itu juru siar desa mulai membunyikan lonceng, memanggil seluruh penduduk desa
untuk rapat. Seluruh penduduk desa berkumpul di lapangan, menekan kedepan untuk
mendengarkan berita. Saat itu jelas sekali terlihat wajah Jack yang pucat pasih
di belakang para penduduk, ia gentar dan takut. Bila berita yang akan di
dengarnya adalah berita yang jauh dari harapannya, berita tentang Eilli sang
putri kepala desa yang menerima pinangan dari putra bangsawan desa tetangga.
Tetapi sebaliknya, ketakutan Jack sirna seketika
ketika di lihatnya Eilli melangkah maju dengan bulu burung biru yang terselip
di balik bandana putih yang menghiasi rambut indah miliknya, saat itu dengan
suara jelas Eilli berkata :
“ Aku akan menikah dengan seseorang yang dapat
memberitahukan kepadaku, dimana burung yang memiliki bulu biru ini tinggal, dan
hidup “ Tuturnya lemah lembut.
Kemudian ayahnya melanjutkan “ Tiga hari lagi kita
akan bertemu di tempat ini kembali, dan disaat itu kita akan mendengarkan
jawaban atas pertanyaan putri saya “.
Jack menyadari maksud dari kata-kata kepala desa,
bahwa ia sedang memberikan kesempatan pada putra bangsawan, dan delegasinya
untuk mencari jawaban atas pertanyaan dari putrinya, selama tiga hari.
Tiga hari. Bagi Jack yang telah mengetahui
jawabannya, tiga hari itu terasa berlalu terlalu lambat, tapi ia khawatir bila
dalam tiga hari putra bangsawan saingannya dapat berdiri dengan jawaban yang
benar juga, maka saat itu sudah dapat di pastikan bahwa ia akan terkalahkan
oleh mereka.
Setelah tiga hari berlalu, sekali lagi lonceng desa
berbunyi, seluruh penduduk kembali berkumpul di lapangan. Delegasi bangsawan
desa tetangga juga kembali lagi, dan kali ini mereka datang bersama dengan
putra dari bangsawan mereka. Saat itu banyak kekhawatiran Jack yang kembali
datang. Saingannya adalah seorang pria tampan, tetapi dengan rona arogansi yang
tercap jelas di wajahnya. Dan segala hal seakan dinotasikan pada caranya
sendiri. Pemuda tersebut melangkah maju tanpa intruksi, seolah-olah ia, dan
memang ia sendirilah yang memiliki hak untuk berbicara pertama kali di tempat
tersebut.
Saat itu ia menyatakan jawabannya dengan keras,.
“ Berikut adalah jawaban saya atas pertanyaan dari
anda wahai gadis impian, Saya telah mengirimkan orang-orang saya kesetiap sudut
tanah kami, dan tanah anda, tetapi tidak ada yang melihat seekor burung pun
memiliki bulu seperti yang anda maksudkan itu. Karena saya menyatakan dengan
yakin bahwa burung itu adalah asing, dan pastinya berasal dari suatu negeri
yang sangat jauh letaknya.”
“Ya!” Setuju Kepala desa gembira, “ Pastilah itu
jawaban yang benar.”
“Walaupun jawaban itu benar, tetapi…” Eilli maju
kedepan, wajah ayah, dan putra bangsawan terlihat gembira menanti lanjutan
jawabannya.” Itu bukanlah jawaban yang saya inginkan, ia sama sekali tidak
memberi tahukan saya dimana saya dapat menemukan burung tersebut.” Sambung
Eilli yang menyebabkan wajah mereka terlihat kusam seketika.
Saat itu Jack melangkah maju. Sangat mengherankan,
ketika ia berbicara, ia tampak gagap tidak seperti biasanya yang pemalu. Suaranya tegas,
dan merdu ketika ia berkata-kata.
“ Saya telah melihat burung yang anda cari. Burung
ini tidak akan pernah di temukan di tanah kita, atau tanah lainnya. Karena ia
membuat sarangnya di pangkuan kasih sayang sang dewi. Dialah burung Namimoto.
Burung yang disayangi oleh dewi panen, dan semua yang lainnya.”
Saat itu para penduduk desa terlihat kagum, tidak
karena kata-katanya yang merdu terdengar, tetapi oleh perubahan sikap jack
menjadi seorang pemuda yang memiliki kepercayaan diri, dan tidak ragu-ragu,
atau terlihat menutup diri, dan takut seperti Jack yang mereka kenal biasanya.
“ Bagaimana kami bisa tahu bahwa itu bukan sebuah
kebohongan ? “ Kepala desa terlihat mengerutkan dahinya mendengar kata-kata
Jack.
“ Sayalah yang memiliki bulu itu, dan burung itulah
yang telah memberikan saya sehelai bulunya. “ Kata Jack. “ ia berkata bulu itu
adalah simbol sejati dari cinta, baginya menawarkan bulu tersebut bagi seorang
gadis sama dengan menyatakan : hatiku terbang kepada anda, bagaikan seekor
burung yang kembali kesarangnya yang hangat. Seperti berkata : saya ingin
tinggal selamanya dalam hatimu yang hangat. Itulah pesan dari bulu biru
tersebut, dan itulah sebabnya saya menawarkannya sebagai bukti cinta saya
kepada putri anda. Saya ini hanyalah hamba yang tidak memiliki banyak harta
benda, tetapi hati saya kaya akan cinta untuk selamanya menjaga, dan menyayangi
putri anda untuk selama-lamanya, dan yang saya harapkan saat ini adalah
kerendahan hati anda, bagi hati saya, "
Setiap orang seakan terpikat oleh kata-kata pemuda
tersebut, dan bahkan kepala desa sendiri tidak dapat mempertahankan ketidak
setujuannya yang telah ia tegaskan sebelumnya. Meskipun memikirkan kehilangan
semua harta benda yang menguntungkan, serta bangsawan tetangga akan merasa
kecewa atas keputusannya. Meski begitu, ia mencintai putrinya, dan kebahagiaan
baginya jauh lebih penting dari pada setiap kekayaan yang di tawarkan oleh
dunia. Saat itu ia mengangguk, dan melepaskan pilihan kepada putrinya. Untuk
memilih siapa yang pantas mendapatkan Cinta, dan hatinya.
Eilli mengangguk paham atas pesan sang ayah. Ia
melangkah maju. Keadaan sedikit menegang, setelah melihat sekeliling, ia mulai
menatap kearah pemuda bangsawan dari desa tetangga. Tetapi akhirnya berlari
kepelukan sang pemuda gembala, Jack.
“ Kau tau Jack, aku selalu mencintaimu,” Katanya
kepada sang pengembala muda. “ Setiap pagi, saya akan bangun sebelum kau
datang, menunggu dengan sabar sampai akhirnya kau muncul di kejauhan, dan saya
berlari kekamar untuk melihat kau datang dari balik jendela. Lalu anda mulai
meletakkan bunga putih indah itu kepintu rumah saya. Setiap saat ketika kita
berpapasan di jalan desa, saya selalu berharap anda memanggil nama saya,
menyatakan perasaan anda. Tetapi anda belum juga berbicara, sehingga saya
selalu menunggu anda , dan berharap pada rangkaian bunga putih yang anda
kirimkan di kamar saya.
Saat itu, Jack mengambil bulu biru yang berada di
genggaman Eilli, sekali lagi ia menyelipkan bulu indah tersebut sebagai
penghias rambut Eilli yang indah, dan berbisik. “ Apakah kamu mau menjadi Istri
saya, Eilli.”
Eilli menggenggam tangan Jack, kemudian ia mulai
menjawab dengan lembut. “ Saya menerima bulu biru anda, dan hati anda. Sebagai
mana saya ingin menjadi istri anda. Mulai hari ini, biarkanlah bulu biru ini
menjadi tanda Cinta abadi bagi setiap pria, dan wanita yang ingin menikah “
jawab nya lembut penuh senyum, dan penuh cinta.
Maka sejak saat itu, jadilah “ Bulu burung biru “
sebagai simbol cinta, sebagai lamaran para pemuda sepanjang abad “ Greg
mengakhiri kisahnya, di sekelilingnya para muda, mudi terlihat kagum, dan
beberapa gadis merona merah.
“ Benarkah kisah itu !, apakah aku dan Kai juga akan
merasakannya ? “ Popuri terlihat menghayal pada masa depan dirinya.
“POPURIIII….!!! Oh adikku, kau boleh menikah dengan
siapapun asal tidak dengan KAIII…!!!” Rich terlihat begitu marah saat ia
mendengar kata-kata Popuri tentang seorang Pria bernama Kai.
“ Rich… jangan begitu terhadap Popuri “ Karen
menengahi keduanya.
“ Grey, mau tambah lagi tehnya ?” Mary yang telah
selesai mencatat kisah dari Greg, menawarkan air teh kepada Grey di sisinya.
“ Ah…eh…iya-iya.. boleh…boleh… hehehhehhe” sedangkan
Grey yang di tawari terlihat kikuk sendiri.
“Hahhh… coba kalau Aja, ada disini, mungkin aku akan
melamarnya sejak dahulu “ Polisi terlihat termenung, sedangkan Dokter yang
melihat Jack, dan Eilli memilih buru-buru masuk kedalam Pondok.
“ Hei…Greg…, kenapa mesti aku yang ada di cerita
itu…? “ Jack mengulurkan seekor ikan yang telah matang kepada Greg tua.
“ Ahahahahha… kau tak bisa menipuku Jack, kau kira
apa itu yang terselip di dalam tas mu, sehelai bulu burung biru kan ? “
“ Ah…!!! Tidak ada” Jack terlihat buru-buru
memeriksa tasnya yang terbuka.
“ Benarkah kau memiliki Bulu burung biru Jack,
siapakah yang akan kau lamar ? “ Eilli yang berada di sebelahnya terlihat
bertanya polos kepada Jack.
“ Ummm… sebenarnya aku ingin melamar seseorang saat
musim semi datang, tetapi aku takut ia tidak akan menerimaku “
“ Ah… yang benar saja, orang baik seperti Jack, tidak
mungkin ia akan menolakmu “ dukung Eilli.
“ Benarkah itu, kenapa kau sangat yakin Eilli bahwa
ia tidak akan menolak ku ? “
“ Kalau ia berani menolak berarti dia tidak menenal
Jack, bila Eilli jadi dia pasti Jack akan Eilli terima “
“ Benarkah itu ?”
“ Pasti, tapi sebenarnya siapa yang ingin Jack lamar
?”
“ Sebenarnya yang ingin Jack lamar itu, kamu. Eilli “ Wajah Jack terlihat serius, tapi malu.
“Ah…!!!! Eilli ???” Eilli terperanjat dengan wajah
merona merah, dan tingkah yang sangat kikuk.
“ Ahahahahah…. Yang benar saja, acara lamaran di
tengah badai begini “ Greg tertawa melihat dua sejoli yang sedang kikuk di
hadapannya.
“Ah..itu…ahahahhaa… tapi mau bagaimana, sudah
terlanjut ketauan, hehehhehe”Jack meringis, tetapi masih berharap akan jawaban Eilli.
“……” Eilli sendiri terlihat malu berlari kedalam pondok setelah
merampas bulu burung biru di tangan Jack.
“ Jack Stop, ini urusan gadis, Mary, Ann, Karen. Ayo
kedalam “ Popuri menarik lengan Mary yang sedang bercakap-cakap kedalam pondok
sebelum yang bersangkutan selesai berbicara dengan Grey.
“Cliff…” Ann sempat melihat kelangit luas sebelum
akhirnya karen memeluknya masuk kedalam pondok.
Dua minggu kemudian.
Ann, dan Cliff sedang duduk di dermaga pantai.
“ Cliff, sudah dapat undangan pernikahan Jack, dan
Eilli ? “ Ann memulai percakapan.
“ Oh ya, sudah. Besok mereka menikah kan. Apa
perasaanmu baik-baik saja Ann ?”
“Kenapa itu yang kau tanyakan, harusnya aku yang
bertanya, apakah kau baik-baik saja ? “
“Aku baik-baik saja Ann, “ Cliff tertunduk tak
berani menatap wajah Ann. Sedangkan gadis di sisinya terlihat menikmati
hembusan angin, dan deburan ombak musim semi.
“ Oh ya Cliff, ini milikmu. Maaf terlalu lama
mengembalikannya. “ Ann menyerahkan setangkai bunga putih yang telah di awetkan
kedalam gelas, dan selembar foto keluarga.
“Ah… barang ini ada padamu Ann, apa kau telah
membaca tulisan di foto itu ?“ Cliff terlihat semakin gugup.
“ Aku telah membacanya Cliff, tetapi walau aku tau
perasaanmu yang sesungguhnya, aku tidak akan pernah menanggapinya “ Cliff tercengang mendengar kata-kata Ann,
hatinya seakan hancur seketika. “ ya.. aku tak akan menanggapinya sebelum kau
berkata secara langsung kepadaku Cliff.”
“Ah…!!!, benarkah itu Ann. “ Cliff segera bangkit
dan berdiri menatap laut lepas, “ Dengarkanlah langit, laut, matahari, dan
dunia. Jadilah saksi ikrarku ini… wahai angin kabarkanlah kabar gembira ini
keseluruh penghujung dunia. Bahwa hari ini aku ingin melamarnya, menyatakan
cintaku kepadanya, sang pujaan hatiku. Bagai seberkas bintang terang di langit
malam, bagai rembulan di tengah hitam. Bagai mentari menyinari bumi, dan bagai
embun pagi di dalam hati. Ann…” Saat itu keduanya telah saling berdiri,
berhadapan, di ujung dermaga, di bibir pantai. Di tepi cakrawala. Di hiasi oleh
langit jingga saat senja.
“ Ann…, maukah kau menikah denganku ? “ Sehelai bulu
burung biru di sematkan pada rambut panjang milik Ann yang berwarna keemasan,
ia melepas kepang rambutnya, membiarkan rambut indahnya tergerai Cliff terlihat
semakin gugup.
“Aku mau
Cliff, aku mau menikah denganmu, menjadi istrimu, menjadi ibu bagi anak-anak
kita, dan menjaga, merawat, dan bersama di hari tua kita, selamanya…”
|
Ann & Cliff |
Saat itu dunia seakan hanya milik keduanya. Milik
mereka saja. Selamanya.
Untuk Cinta, Selamanya.
THE END.
|
Jack & Eilli |
http://meonggoblog.blogspot.com/
Blognya Meonggg dan Kecebonggg
No comments:
Post a Comment