Jo Teale
Jo Teale (49 tahun) tahu benar bagaimana efek buruk bila ibu merokok saat hamil. Wanita yang berasal dari Sutton-in-Craven, North Yorks ini pernah kehilangan calon anak pertamanya, Daniel, akibat ia menghisap 20 batang rokok sehari saat sedang hamil.
"Tak ada keraguan dalam pikiran saya bahwa rokok yang saya hisap dan tindakan saya yang bodoh adalah alasan anak sulung saya meninggal. Saya membunuh Daniel. Itu kesedihan yang mengerikan," ujar Jo, yang kini sudah memiliki 4 anak, seperti dilansir Thesun, Jumat (16/3/2012).
Jo menyesalkan ia tidak memberikan perawatan yang terbaik pada anaknya. Saat itu, ia mengaku menikmati rokok. Ia tidak merokok untuk menurunkan berat badan atau menghilangkan stres. Ia hanya menyukai rokok.
Ia merokok sebelum sarapan, saat sarapan, siang hari, pada malam hari dan di tempat kerja ia juga merokok. Ia berusia 24 tahun saat hamil anak pertamanya. Saat itu ia masih lajang dan merasa malu. Seorang teman dan koleganya juga hamil di saat yang bersamaan dan semua ibu hamil itu merokok.
"Saya merokok sampai 20 batang sampai akhir trimester pertama. Merokok adalah alasan bayi saya tidak hidup hari ini," jelas Jo.
Dokter pernah menyuruhnya mengurangi kebiasaan buruknya tersebut. Namun baginya, jika seorang dokter hanya menyuruhnya mengurangi jumlah rokok yang dihisap, maka semuanya masih berjalan baik-baik saja.
"Jika itu buruk bagi saya atau bayi saya dia pasti akan memberitahu saya untuk berhenti," tepis Jo.
Ia tidak bisa berhenti menghisap rokok dan merasa tidak perlu. Dan betul saja, akhirnya ia merasakan ada yang tidak beres dengan kandungannya.
Bila janin teman-temannya sering menendang di dalam perut, maka itu tidak terjadi pada janinnya. Daniel sangat jarang menendang perutnya. Dokter mengatakan itu karena Daniel adalah 'bayi malas'.
Namun saat usia kandungannya 30 minggu, ia menjalani scan dan dokter memberitahu bahwa perkembangan Daniel terlambat 6 minggu untuk janin seusianya.
"Dokter tahu saya merokok dan masih tidak mengatakan untuk berhenti. Saya makan semua makanan yang tepat dan telah melakukan segala sesuatu tepat lainnya selama kehamilan, tapi tidak bisa berhenti merokok," kenangnya.
Semakin lama, Daniel semakin jarang menendang perutnya. Jo meminta dokter untuk melakukan scan ulang, tetapi ia harus menunggu 11 hari. Lalu dua hari sebelum scan dilakukan, ia tiba-tiba merasa lebih ringan, seolah-olah ada sesuatu yang mengambang di dalam perutnya.
"Pada saat scan dilakukan, saya diberitahu bayi saya sudah meninggal (di dalam kandungan). Usia kandungan 36 minggu. Saya langsung shock dan merasa dingin. Saya sangat sedih dan berpikir 'Apa yang telah saya lakukan?," ujar Jo.
Ia dibawa ke rumah sakit dan bahkan saat itu ia masih merokok. Penampilannya tampak sangat buruk, tapi ada napas lega ketika ia mengatakan bahwa bayinya sudah meninggal.
Dua hari kemudian ia diinduksi dan setelah delapan jam ia pun melahirkan. Ia tahu bahwa bayinya sudah meninggal. Perawat mengatakan bayinya berjenis kelamin laki-laki tapi kemudian langsung membawanya pergi.
"Saya bertanya apakah saya bisa menguburnya dan perawat blak-blakan mengatakan jenazahnya telah dikirim ke tempat pembakaran sampah. Saya hancur. Tidak butuh waktu lama untuk menyadari merokok adalah penyebabnya, itu adalah kesalahan saya," tutupnya.
http://meongg9.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment