Udara sudah terasa segar di pagi hari
Cuaca begitu cerah di langit biru yang memayungi dunia.
Setiap manusia seakan ingin segera bergegas keluar dan bersantai
Atau jalan-jalan di hari yang indah ini.
Begitu pula tuan ku, ia sudah siap dengan baju elegan di tubuhnya.
Sepatunya terlihat serasi dengan pakaian yang ia kenakan.
Wajah penuh senyum cerah juga telah ia pasang rapi di wajahnya.
Tangannya tergenggam penuh semangat.
Sepertinya kejadian sebulan yang lalu telah mengubah pandangan hidupnya.
Gila bener, tuanku berani terjun dari lantai 4 rumah ini bersama siDiary
Padahal jarang-jarang orang bisa terlahir hidup jadi orang kaya
Kalau aku boleh milih juga mending jadi kayak tuanku ini
Begitu lahir langsung kaya raya.
Bergelimangan harta benda di sana sini
suara merdua beralunkan musik menyentuh terdengar dari arah Musik player yang terdapat di mobil tuan ku.
Hup…
Ku kira ia melupakanku ternyata tidak
Sepertinya aku setiap saat ada di sisinya.
Ia mulai menekan-nekan tut tut yang ada di tubuhku.
Seperti biasa selesai menekan tut ia akan meletakkan aku di telinganya
Dan tugasku adalah mengatur frekuensi jaringan di sekitar
Menangkapnya dan memprosenya menjadi jalinan data yang membentuk suara manusia
Apa yang di obrolkan tuanku ya
Aku gak bisa mengerti bahasa manusia soalnya.
Satu jam kemudian kami sudah tiba di sebuah restoran super mewah
Hemm…aku jarang nie kemari
Biasanya kami selalu kerestoran restoran kecil siap saji
Seperti food course atau KFC dan sejenisnya
Wajar aja tuanku kan masih duduk di bangku Sekolah Menengah Umum
Jadi jarang pergi ketempat-tempat kusus kecuali tongkrongan.
Suara decit pintu terdengar saat tuanku memasuki pintu restoran
Menakjubkan suasananya klasik banget.
Bangku-bangku kayu terlihat berjejer rapi
Langit-langit berkesan seperti sebuah ukiran kontenporer dari bahan kayu
Lampu-lampu remang dan lilin berwadah lampion membentuk lentera-lentera indah
Musik jazz dengan lagu-lagu tenang di lantunkan disetiap sisinya.
Dengan senyum tersungging tuanku mulai melihat-lihat sekitar
Seorang pelayan mendatangi
Percakapan singkat , apa ya yang mereka bicarakan
Duhh… aku kok bisa gak ngerti bahasanya ya
Apa tidak seperti sinyal-sinyal tower telekomunikasi
Yang bisa ku cerna dan ku ubah dalam bentuk data
Sehingga bisa ku baca dengan muda
Ku proses menggunakan prosecorr dalam tubuhku mengubahnya
Menjadi digit-digit kode dan mulai membacanya.
Melangkah beberapa saat dan berhenti di meja pojok dengan empat bangku mengelilinginya
Ini pasti yang sudah di pesan oleh tuanku
Pas juga tempatnya
Manis lagi posisinya dengan sebuah lukisan indah bertengger di dinding
Pinter nie tuanku milihnya.
Sekitar sepuluh menit ia diam menunggu dengan segelas jus orange yang ia pesan sebelumnya.
Wajahnya sedikit berubah dari saat ia tersenyum tadi.
Mau ngapain ya duduk lama di tempat ini
Bosen ah .
Lima menit kemudian seseoang masuk kedalam restoran klasik ini
Wajah tuanku jadi sumringan
Dan ia mempertahankan wajah itu cukup lama
Waktu seakan melamban bahkan terhenti.
Wajah tuanku tak bergeming menatap lelaki yang memasuki pintu itu
Tubuhnya di tempat ini namun pikirannya sudah melayang entah kemana
“Hei… sudah lama nunggu ya ?” peria itu mulai melangkah memasuki ruangan restoran
“ Ah enggak baru aja sampai “ jawab tuan ku, Bohong.
“ Makasi ya udah ngundang aku “ peria itu mulai bergerak di antara kursi-kursi restoran menuju ke arah tempat aku dan tuan ku berada.
Ups… tangan peria itu menggandeng seseorang.
Seorang wanita berbalut baju merah jambu dan rok putih mengembang
Ia berjalan di belakang peria yang baru datang tadi.
Jari-jemari tuan ku menggenggamku kuat
Ada apa ya?, tadi wajahnya begitu ceria kenapa sekarang berubah jadi biasa saja.
Tapi dari sorot matanya ada kekecewaan mendalam
Ia berusaha menyembunyikan perasaan itu dari wajahnya.
Sedikit ia menunduk berusaha menghilangkan rona sedih wajahnya.
“ oh tidak apa- apa, sayang aja, hari minggu ada undangan restoran tapi gak di ambil “
jawab tuan ku, padahal sepengetahuan ku seharusnya hari ini dia pergi kerumah neneknya seperti biasa, dan dia gak pernah nolak kerumah nenek tersayangnya, malah sangat senang bila kesana.
Eh… undangan ? ,bukannya ini di pesan tadi. Duh kenapa dia berbohong ya ?.
“ oh ya kenalin nie pacarku sekarang, Ine “ peria yang baru bergabung dengan kami memperkenalkan wanita di sisinya.
“ hei ine salam kenal “ tuanku mengulurkan tangan dan berjabat. Wajahnya di paksa senyum.
Apakah tuanku ini baik-baik saja ?
Apa sih yang ia rasakan ?
Susah juga jadi benda tak memiliki perasaan, gak bisa mengerti perasaan lain,
Oh ya apa sesama manusia yang memiliki perasaan juga saling mengerti perasaan manusia lain ya ?.
“ pada mau pesen apa nie ?” tuanku menyodorkan menu makanan yang di bawa oleh pelayan kepada dua tamu di hadapannya.
Ia berusaha seolah-olah ia benar-benar tenang di sini.
Setelah membaca beberapa menu mereka mulai memesan hidangan
Tidak perlu waktu lama seluruh pesana telah tersedia diatas meja berbahan kayu antik.
Wajah kedua tamu di hadapan kami begitu sumringa, sepertinya mereka menyukai ini.
Tapi kenapa tuanku masih melamun. Matanya kosong.
“ eh… kok ngelamun gak di makan tuh, entar dingin “ canda peria di hadapan kami.
“ iya “ tuanku mulai mengaduk bumbu spageti dan sepageti dinampan miliknya.
Meminum beberapa teguk orange jus kesukaannya.
wajah tuanku terlihat sudah biasa saja namun tak secerah pertama kali kami akan berangkat menuju restoran ini.
Tiba-tiba ia memanggil seorang pelayan
Membisikkan sesuatu di telinganya
Dan mulai kembali tersenyum dengan orange jus dan spageti hangat yang ia nikmati.
Sesaat kemudian suara seseorang terdengar memanggil nama tuanku dari atas panggung mini musik live restoran ini.
Aku tau sih tuanku bersuara merdu soalnya setiap kali MP3 player diputar pada diriku, ia pasti ikut bernyanyi. Apalagi lagu-lagu vierra. Tapi kali ini ia benar-benar akan bernyanyi.
Live lagi. Duhhh jadi deg degan nie pingin liat performancenya.
Sepertinya lagu itu ia lantunkan seakan mewakili hatinya.
Wajahnya terlihat begitu puas, di ikuti decak kagum para penonton.
Senyum manis juga terlihat di wajah-wajah mereka.
Namun ada satu sosok yang terlihat berwajah merah.
Seorang peria yang bersebrangan dengan diriku.
Aku yang tergeletak di atas meja ini dapat dengan jelas melihat wajahnya yang memerah.
Sepanjang jalan ia menyetir mobil, wajahnya terlihat begitu cerah.
Musik player mengalunkan album Vierra Bertajuk First love
Sepertinya tindakan ia tadi telah memecahkan semua gundanya selama ini
Peria itu sepertinya tak bisa menahan diri.
Ia memetik sesuatu di handphonenya dan mengirim sebuah pesan kediriku
Tapi sayang pesan yang di tujukan kepada tuanku itu tak tersampaikan karna aku sendiri juga diam di atas meja makan restoran.
Wanita yang mencoba melihat diriku yang hampir terjatuh tak sengaja melihat pesan peria itu dan membacanya
Hingga wajahnya juga memerah.
Namun bukan merah tersipu tetapi merah amarah.
Kira-kira apa sih isi pesannya aku jadi bertanya-tanya
Tapi sudahlah kini mereka sudah saling mengetahui isi hati masing-masing.
Sejulur tangan menyentuh jemari tuanku yang berada di pedal gear mobil.
Lengan tegas peria direstoran tadi
Wajah keduanya begitu tersipu malu namun mau
Aku sebagai saksi hanya dapat menyaksikan tingkah aneh keduanya yang saling tersipu
Akhirnya mobil berhenti
Berhenti di sebuah taman
Taman luas ini sering di lewati oleh tuanku bila ia telah pulang sekolah.
Terakhir kalinya ia kemari
Adalah setelah ia sembuh dari tindakan nekatnya terjuan dari lantai 4 rumahnya sendiri.
Waktu itu aku juga sempat memutar MP3 player disini. Kira-kira 3 hari yang lalu.
Tuanku telah beranjak dari dalam mobil dan berjalan bersama peria itu kesalah satu pohon kayu.
Mereka tertawa bersama- sama saat melihat sebuah ukiran nama keduanya di salah satu ranting pohon tersebut.
Selembar kertas putih yang sedikit kecoklatan ditarik oleh tuanku dari sela-sela cabang besarnya.
Mereka membacanya berdua.
Waktu bergulir dengan cepat
Tak terasa senja telah muncul
Langit biru berganti kejinggan
Langit begitu indahnya memayungi kedua insan yang saling malu dan salah tingkah.
Duduk berdua dibawah sebuah pohon
Menunggu sampai waktunya tiba untuk mereka berpisah.
Malam semakin tiba dan kini saatnya kembali beristirahat.
Bersama bintang dan rembulan yang siap datang menggantikan mentari
Beserta selimut malam yang siap menyingkap tirai senja.
Aku hanya dapat diam tenang melihat semuanya
Sebagai saksi kisah indah ini.
Salam manis kami bertiga ( Pohon, Dairy , and Handphone )
All Song of Pergilahkau, ku mau Kau mau, Geregetan, Cinta pertama dan Terakhir by Sherrina Munaf, and Seandainya, Jadi yang ku inginkan by Vierra
Thanks for all musision , inspirate for my story
Bagi yang merasa aneh dengan bentuk cinta, dan penarasian ceritanya Meonggg meonggg mohon keritikannya biar lebih baik di tulisan mendatang.
bagi yang udah mau baca makasi banyak Miawwww.....
No comments:
Post a Comment