Serangga
 tomcat yang menyerbu Surabaya sekarang berpotensi Kejadian Luar Biasa 
(KLB). Hal ini dipicu semakin meningkatnya jumlah korban dan semakin 
luasnya wilayah yang terserang serangga beracun tersebut. Demikian 
disampaikan Teguh Riyanto, Koordinator Pemberantasan Serangga dan Ulat 
Bulu dari Dinas Pertanian (Dsipertan) Pemkot Surabaya, Rabu (21/3). 
    
Saat
 ini, serangga tomcat sudah menyerang kawasan di 40 kelurahan di 
Surabaya (sebagai perbandingan, total kelurahan di Surabaya 163). 
Korbannya pun terus bertambah, data terakhir dari Dinas Kesehatan 
(Dinkes) Pemkot Surabaya 149 orang. ”Dengan kondisi seperti sekarang, 
peningkatan jumlah korban dan semakin meluasnya cakupan wilayah, maka 
Surabaya berpotensi KLB tomcat,”katanya, Rabu (21/3).
Dia
 menambahkan, jumlah korban ini merupakan fenomena gunung es, karena 
korban 149 orang  itu merupakan korban yang terdata di rumah sakit 
pemerintah, angka itu tidak termasuk korban yang dirawat di rumah sakit 
swasta. ”Jumlah korban itu yang tampak di permukaan, bisa saja korbannya
 jauh lebih banyak dari itu,”ungkapnya.
Teguh
 melanjutkan, selama ini pembasmian serangga tomcat di Surabaya tidak 
terlalu efektif. Karena masih meluasnya wilayah yang teserang serangga 
tersebut. Sehingga  pihaknya berharap warga lebih proaktif mencegah 
serangan dan penanganan ketika sudah terserang ”Jika dilakukan 
pembasmian saja tidak begitu efektif, butuh kesadaran dan proaktif 
masyarakat untuk mencegahnya,”paparnya.
Namun,
 Teguh menegaskan bahwa persyaratan suatu wilayah bisa ditetapkan 
menjadi KLB sudah ada aturanya dan yang berwenang menetapkan adalah 
kementrian kesehatan. ”Wewenang penetapan kondisi KLB itu ada pada dinas
 kesehatan dan sudah ada aturanya,” jelasnya.
Kabid
 Pertanian dan Kehutanan pada Dispertan Surabaya, Alexander S Siahaya 
menambahkan, penanganan tomcat lebih sulit dibandingkan penangan ulat 
bulu, karena serangga ini bisa tinggal di mana saja, misalnya, di air, 
udara, dan rumput. ”Serangga ini sulit dideteksi karena bisa muncul dari
 mana saja, tidak sepeti ulat bulu yang hanya tinggal di pohon,” 
jelasnya.
Jika
 ada tomcat, katanya, warga jangan mematikan dengan tangan melainkan 
dengan alat. Karena cairan tomcat berbahaya jika terkena ke bagian  
anggota tubuh. Bahkan jika terkena percikan atau gigitan serangga itu, 
maka harus segera dibasuh dengan air, jika ada gejala terkena infeksi, 
maka harus segera dioleskan salep Asyclovir 5%. ”Kalau dibiarkan bisa 
bernanah,” katanya. 
Sedangkan, Kepala Dinkes Surabaya, dr Esty
 Martiana Rachmie mengatakan untuk saat ini seranggan tomcat belum bisa 
masuk status KLB. ”Bisa dipastikan serangan serangga tomcat tidak akan 
mengakibatkan kematian, sebenarnya serangga ini sudah ada dari dulu, 
meningkatnya serangga tomcat karena rusaknya ekosistem lingkungan 
terkait rantai makananya, jadi ini juga bukan penyakit menular yang 
mewabah besar-besaran,” ungkapnya.
Data
 dari Dinkes Surabaya, tercatat tiga teratas kawasan kasus serangga 
tomcat di Surabaya. Daerah Putat Jaya ada 30 orang yang menjadi korban. 
Kawasan Kenjeran 24 orang. Dan yang terakhir kawasan Siwalankerto 
sebanyak 23 orang. 
Data
 terakhir, korban serangga tomcat ada skitar 149 orang. Ini dilaporkan 
oleh 16 Puskesmas di Surabaya. Sedangkan untuk daerah yang lain, baru 
masuk laporan dari Gresik dan Sidoarjo. ”Untuk daerah Gresik dan 
Sidoarjo, laporanya baru saja masuk, namun mereka tidak melaporkan 
jumlah korban, terkait hal ini kebanyakan dari korban serangga tomcat 
lebih memilih mengobati sendiri dari pada membawa ke pusat pelayanan 
kesehatan seperti Puskesmas,” tambahnya.
”Hasil
 ini kami dapatkan dari pengamatan sejak awal Maret, jadi kemungkinan 
ada beberapa pasien tersebut sudah sembuh, karena ini hanya alergi kulit
 biasa, sangat tidak benar jika ada media yang memberitakan bahwa cairan
 hemolifa yang terkandung dalam tubuh tomcat, kadarnya 13 kali lebih 
kuat dari bisa cobra, dan saya kira hal itu malah akan menimbulkan 
keresahan masyarakat saja” tandasnya.
Sementara itu, Kepala
 Dinkes Pemprov Jawa Timur, Budi Rahaju juga mengatakan hal yang sama, 
wabah serangga tomcat belum bisa masuk status KLB karena tidak masuk 
persyaratan untuk masuk status tersebut. “Untuk masuk status KLB, jika 
sebuah wabah meningkatnya secara derastis dan akibat yang ditimbulkan 
dari penyakit atau wabah tersebut mengancam nyawa,” ungkap Budi Rahaju.
“Serangan
 serangga tomcat memang cukup menghebohkan, dengan banyaknya pemberitaan
 berbagai media terkait wabah tersebut, saya sangat berterima kasih 
karena dengan berita-berita tersebut, masyarakat bisa lebih waspada 
terhadap serangga tomcat,” ujarnya.
Selain
 menyerang Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, serangga tomcat juga 
menyerang beberapa kabupaten di Jatim, seperti Jember dan Situbondo. 
  
Jasa Pest Control Laris
Maraknya
 serangan Tomcat membuat jasa pest control mengalami peningkatan 
permintaan sampai 60 persen. CV Haknusa Tapekon Raya, satu diantara 
perusahaan pengendali hama di Surabaya mengaku sejak dua minggu terakhir
 mengalami peningkatan permintaan pembasmian hama sebanyak 60 persen, 
khusus untuk penanganan tomcat saja.
Haksini
 Arifin Lasahido, pemilik CV Haknusa Tapekon Raya mengatakan dalam dua 
minggu ini, ada 76 klien yang khusus meminta pembasmian tomcat. 
Kebanyakan adalah lingkungan perumahan elit, seperti di Graha Family, 
Damo Hills, dan Pakuwon City. Bahkan Selasa (20/3) saja, kata Haksini, 
pihaknya menerima 12 permintaan untuk membasmi tomcat di sejumlah 
wilayah Surabaya.
“Kebanyakan
 klien kita sudah mengidentifikasi serangga itu karena tahu lewat 
internet atau broadcast BBM (Blackberry Messenger). Lalu mereka panggil 
kita. Setelah kita teliti, hampir semuanya memang tomcat,” kata dia.
Berbeda
 dengan serangga biasa, penanganan tomcat dilakukan dengan menyemprot 
insektisida khusus. “Dalam kontrak, kami berjanji mengurangi 
populasinya, bukan membasminya habis. Yang penting tidak mengganggu 
manusia,” kata dia.
Menurut
 Haksini, permintaan untuk menangani Tomcat bersifat musiman, terutama 
pada bulan Maret dan April. Ini juga terjadi tahun lalu tapi tidak 
separah tahun ini. 
Hal
 yang sama juga diungkap Merry Christy, admin Liberro Pest Management. 
Meskipun tidak sebanyak permintaan Haknusa Tapekon Raya, dia mengaku ada
 beberapa permintaan untuk menangani Tomcat di wilayah Tanjung Perak. 
“Biasanya kita semprot lalu populasinya menurun,” kata dia.m1, m7, pur
  
KENAPA BERNAMA TOMCAT?
SERANGGA
 tomcat belakangan menghebohkan masyarakat karena menyerang warga 
Surabaya dan sebagian daerah di Jatim. Tapi di balik persoalan tersebut,
 ada hal lain yang cukup menarik, yakni soal nama. Mengapa diberi nama 
tomcat?
Guru
 Besar Ilmu Serangga dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Aunu Rauf, 
mengungkapkan bahwa serangga tomcat adalah serangga yang tak asing bagi 
masyarakat Indonesia. Di beberapa wilayah Indonesia, serangga tomcat 
sering kali disebut semut kanai atau semut kayap. Menurut Aunu, kumbang 
ini sejatinya merupakan spesies kumbang Paederus fuscipes.
"Masyarakat
 menyebutnya tomcat, mungkin karena bentuknya sepintas seperti pesawat 
tempur F-14 Tomcat," ungkap Aunu, Selasa (20/3).
Nama
 tomcat sendiri sebenarnya di luar negeri merupakan merek produk 
pengontrol populasi hewan pengerat dan produk lem semut. Tomcat juga 
merupakan produk pestisida. Kumbang tomcat dalam bahasa Inggris juga 
sering disebut rove beetle.
Ciri-ciri
 serangga ini adalah memiliki kepala warna hitam, dada dan perut 
berwarna oranye, dan sayap kebiruan. Warna mencolok berfungsi sebagai 
peringatan bagi predatornya, bahwa serangga ini punya racun. Ukurannya 
sekitar 7-10 mm.
Tomcat
 biasa hidup di persawahan. Pada siang hari, serangga ini biasa terbang 
di tanaman padi untuk mencari mangsa berupa wereng dan hama padi 
lainnya. “Jadi, sebetulnya kumbang tomcat ini atau Paederus fuscipes 
adalah serangga yang bermanfaat bagi petani karena membantu 
mengendalikan hama-hama padi,” jelas Aunu.
Pada
 malam hari, serangga ini cenderung tertarik pada cahaya lampu. Hal 
inilah yang menurut Aunu memicu masuknya tomcat ke rumah atau apartemen 
warga di Surabaya. 
Korban
 serangan tomcat mengalami dermatitis, kulitnya seperti melepuh, 
mengeluarkan cairan, dan merasa gatal. Adapun dermatitis yang dialami 
warga diakibatkan oleh racun paederin yang diproduksi serangga dengan 
bantuan bakteri. Racun akan keluar saat serangga dalam bahaya atau 
dipencet.kcm
Ternyata terlalu Alay, kita boleh waspada, tapi  jangan terlalu over. tapi jgn takabur juga y.... anggap saja ini ujian dari yang diatas agar kita lebih bersyukur akan pemberiannya....
Bila ada masalah baru mengingatnya.... tetapi saat senang tidak ingat padanya... 
http://meongg9.blogspot.com/
 
No comments:
Post a Comment