Wikipedia Kumbang genus Paederus yang menyerang warga di Surabaya, menyebabkan dermatitis. |
Tomcat mengeluarkan racun tubuh yang kuat sehingga dapat menyebabkan dermatitis yang ditandai dengan kulit melepuh serta mengeluarkan cairan dan gatal.
Semakin banyaknya warga yang menjadi korban menimbulkan pertanyaan, bagaimana cara mengatasinya? Haruskah serangga ini dibasmi saja?
"Tomcat tidak perlu diberantas," kata pakar serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Hari Sutrisno, kepada Kompas.com, Selasa (20/3/2012).
Menurut Hari, hal yang perlu dilakukan hanyalah mengendalikan populasinya dan mencegah agar tak menyerang manusia.
Jika populasinya melonjak terlalu banyak seperti yang terjadi di Surabaya, penyemprotan pestisida untuk membunuhnya boleh saja. Dinas kesehatan setempat memilih menggunakan pestisida alami dari campuran laos, sereh, dan nimba agar tidak mengganggu lingkungan.
Namun, menurut Hari, penyemprotan cukup dilakukan di lingkungan permukiman saja.
"Artinya hanya mencegah serangan, tidak perlu sampai ke sawah-sawah," tutur Hari saat dihubungi Kompas.com.
Alasan utama untuk tidak membasminya karena tomcat adalah serangga yang menguntungkan, terutama bagi para petani. Tomcat diketahui merupakan predator hama wereng coklat. Kalau serangga ini dihabisi, justru akan mengganggu ekosistem.
Hari menuturkan, serangan tomcat pada dasarnya tak akan berlangsung lama. Dalam waktu lebih kurang sebulan, populasi tomcat sudah akan berkurang sehingga serangan juga akan berkurang.
Menghindari sentuhan
Salah satu langkah termudah mencegah kontak manusia dengan tomcat adalah menutup jendela dan pintu rapat-rapat sebelum menyalakan lampu pada malam hari karena tomcat senang berkumpul di sumber cahaya.
Aunu Rauf, pakar serangga Institut Pertanian Bogor (IPB) secara terpisah mengatakan, tomcat juga bisa dicegah dengan melapisi ventilasi menggunakan kain kasa serta menghindari ngobrol di bawah lampu.
Jika tomcat hinggap di bagian tubuh, jangan memencetnya, tetapi cukup usir dengan tiupan atau dengan kertas. Jika harus membunuhnya, maka lakukan tanpa kontak langsung dengan kulit. Bila cairan tomcat ada di baju, maka warga diminta segera mencucinya.
Dilaporkan sebelumnya, tomcat menyerang warga apartemen di Surabaya dan meluas hingga Situbondo. Lebih dari 100 orang menjadi korban serangan serangga ini.
Serangan diduga berkaitan dengan akhir musim hujan yang berbarengan dengan masa panen serta rusaknya ekosistem mangrove di sekitar apartemen. Dua hal itu memaksa tomcat mencari tempat baru.
Nah Sekarang jelaskan Semua itu salah siapa.... ?
Bukan salah Tomcat...., tapi salah manusianya sendiri, seperti kata pribahasa... kalau kita menebar angin pasti menuai badai.... jadi bila kita menghancurkan ekosistem... pasti bakal ada balasannya.
Harusnya warga setempat bercermin, bahwa kita tidak hidup sendiri dan semua yang ada di bumi ini milik manusia... tapi masih ada yang lain, kadang hewan2 kecil ini juga ada manfaatnya. Coba saja kalo habitat asli mereka tidak di babat. Ya mereka ga akan "demo" ke manusia.
Jadi....
MARILAH SADAR UNTUK JAGA KELESTARIAN EKOSISTEM SEKITAR KITA
http://meongg9.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment